Jumat, 14 September 2007

Superkomputer Rakitan LIPI

Superkomputer Rakitan LIPI
Published in Situs KRT (6 Juli 2007)
Superkomputer yang dimiliki LIPI saat ini posisinya berada di Pusat Penelitian Fisika Puspitek Serpong. Selain digunakan oleh para peneliti bidang Fisika dan peneliti lain, superkomputer yang menyala 24 jam ini juga ditawarkan untuk umum. Handoko menyebutkan, siapa saja yang akan melakukan hitungan dengan tingkat kesulitan tinggi dapat menggunakan superkomputer tersebut secara gratis.
Bila dilihat dari jenisnya, superkomputer ini sangat langka dan terbilang cukup unik karena hasil rakitan sendiri. Rangkaiannya hanya ditempatkan pada boks kaca yang dibentuk seperti lemari dengan ukuran 1,5 x 2 meter. Keunikan lainnya adalah superkomputer yang dirakit oleh Handoko dan tim ini beberapa spare part-nya masih menggunakan model Pentium 486.
"Pentium lama tetap kami pakai, karena pada dasarnya memang tugas komputer ini hanyalah melakukan penghitungan," ujarnya. Perangkatnya cukup sederhana dan merakitnya tidak sesulit yang dibayangkan. Kebutuhan perangkat yang dibutuhkan adalah jenis mother board, RAM dan LAN card. Sementara komponen lain seperti Hardisk, video grafis, modem dan lainnya tidak di gunakan. Meski begitu, kemampuan superkomputer rakitannya memiliki kecepatan yang cukup handal. Bila dimasukkan dalam kategori superkomputer dunia, rakitannya tersebut masih berada di atas tingkatan superkomputer terendah.
"Diprediksi kecepatan superkomputer ini dapat mencapai 150 gigaflops. Sebagai perbandingan untuk jenis superkomputer terendah kecepatannya berada pada kisaran 135 gigaflops," ujar Handoko.
Rakitan sendiri
Super komputer pada dasarnya adalah gabungan dari beberapa komputer yang dijadikan satu. Perangkatnya sangat sederhana dan pada prinsipnya menyerupai jaringan komputer di kantor. Di perusahaan dan di bank-bank, biasanya sistem administrasi menggunakan model pengabungan komputer semacam ini, namun jumlahnya hanya beberapa dan tidak dirangkai untuk kepentingan perhitungan yang cepat.
Untuk menjadikannya lebih cerdas dan memiliki kemampuan yang lebih cepat, komputer harus memiliki sistem yang dapat membagi-bagi suatu perintah. Sistem pembagi ini terdapat dalam satu perangkat PC. Selanjutnya tugas operasi dapat dibagi-bagikan ke rangkaian komputer lain yang disebut dengan note. Di Pusat Penelitian Fisika, jumlah komputer (note) mencapai 45 buah.(EV)
Komputer Lama, Tenaga Baru
Published in Tempo (Edisi 2-8 Juli 2007)
Rakitan komputer-komputer rongsokan melahirkan komputer dengan performa tinggi dalam proses perhitungan. Inilah hasil karya tim fisika teoretis dan komputasi Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Menurut salah satu perancangnya, L.T. Handoko, timnya mengumpulkan komputer model lama dengan prosesor 486 MHz sampai Pentium II. Lantaran komputer ini cuma untuk menghitung, tim itu hanya memanfaatkan motherboard dan memorinya.
Tuntas dirakit pada tahun 2004, komputer ini bisa diakses melalui jaringan di situs internet yang beralamat www.cluster.lipi.go.id. "Siapapun bisa mengakses," kata Handoko kepada Tempo.
Komputer Super dari Rak Besi : Bisa diakses gratis di Internet ?
Published in Koran Tempo (22 Juni 2007, Deddy Sinaga)
Sebuah rak besi beberapa tingkat berdiri di sudut ruangan berpenyejuk udara. Tingginya sekitar 2 meter, yang tersusun dari rangkaian pelat-pelat.
Salah satu tingkatnya ditutup dengan kaca transparan bak akuarium. Deretan kipas listrik hitam berukuran kecil tertempel di permukaannya. Di dalamnya tampak berbagai peranti elektronik, tersusun dalam rak-rak vertikal. Di atas "akuarium" itu, terletak satu unit monitor komputer.
Empat pria berkemeja rapi tampak beraktivitas di dekat rak yang penuh dengan untaian kabel listrik tersebut. Ada yang duduk di lantai sembari mengutak-atik berbagai peranti komputer. Ada pula yang berdiri dekat rak, mengamati layar komputer dan berbagai peralatan di sana.
Itulah ruangan tempat supercomputer (komputer super) milik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beroperasi saban hari. Adapun komputer supernya, ya, rak besi rakitan dan "akuarium" tadi itu.
Penampilannya memang tak mentereng seperti komputer buatan pabrik. Tapi fungsinya sama saja. Komputer super didesain melakukan proses penghitungan dengan performa yang tinggi, baik kecepatan maupun kapasitas penghitungan.
Komputer rak besi itu dirancang dan dioperasikan oleh tim fisika teoritis dan komputasi di Pusat Penelitian Fisika LIPI di Serpong, Tangerang, sejak 2000.
L.T. Handoko, salah seorang ahli fisika teoritis dan komputasi LIPI, mengatakan tujuan pembuatan komputer super itu pada awalnya adalah untuk memanfaatkan komputer-komputer rongsokan, berkapasitas kecil, dan memori yang cetek. "Kalau untuk windows mungkin sudah tidak mumpuni, tapi kalau menghitung masih bisa dimanfaatkan," ucapnya.
Maka Handoko dan timnya mengumpulkan komputer-komputer model lama dengan prosesor mulai dari 486 MHz sampai Pentium II. Lantaran untuk penghitungan semata, mereka hanya memanfaatkan motherboard dan memorinya.
Setelah tuntas dirakit pada Agustus 2004, komputer itu bisa diakses melalui jaringan Internet di situs Internet yang beralamat: www.cluster.lipi.go.id. "Siapa pun bisa mengakses," kata Handoko.
Akses itu terbuka bagi siapa pun tanpa dipungut biaya sepanjang jaringan Internet pengakses mumpuni atau mendukung kapasitas jaringan pita besar (broadband). Menurut Handoko, inilah yang membuat komputer super LIPI menjadi unik dan berbeda dengan komputer super lain di Indonesia, contohnya komputer-komputer perusahaan perbankan.
Handoko mengatakan komputer itu memang diciptakan terbuka untuk tujuan pendidikan bagi guru atau pelajar dan mahasiswa. Handoko berharap bisa tercetak ahli-ahli parallel programming, yang kian diperlukan dalam penelitian ilmiah di berbagai bidang.
Komputer super LIPI adalah rakitan dari sejumlah computer processing unit (CPU) yang dirangkai secara paralel. Inilah rangkaian model cluster, "Yang masih jarang digunakan di Indonesia," ucap Handoko.
Handoko menyatakan rangkaian paralel membuat biaya investasi bisa ditekan. Selain itu, rangkaian itu fleksibel terhadap perubahan teknologi komputer yang cepat.
Masing-masing CPU yang terangkai menjadi satu itu lebih dikenal dengan istilah "node". Komputer super LIPI ini terdiri atas 45 node atau 45 CPU.
Semakin besar jumlah node suatu komputer, semakin besar pula kapasitas dan kecepatan sang komputer dalam melakukan tugas-tugas komputasinya. Sebagai contoh, perusahaan mesin pencari yang terkenal, Google, menggunakan komputer yang terdiri atas 10 ribu node.
Sejak diciptakan, kemampuan komputer super LIPI terus meningkat. Pada awalnya, komputer itu sanggup melakukan komputasi 20 Gflops (giga flops-floating point operations per second). Kini kemampuannya telah mencapai 150 Gflops.
Zainal Akbar, seorang ahli teknik informatika di tim itu, mengatakan sistem cluster menggabungkan antara peranti keras dan lunak, yang akan memproses permintaan tugas yang dikirimkan pengguna lewat jaringan maya.
Tugas-tugas yang dipesan pengguna, dihubungkan (interface) ke cluster oleh peranti lunak bernama MPI (message passing interface). Segala perhitungan pesanan pengguna lantas dieksekusi oleh program yang terkandung dalam library komputer super.
Agar semua pengguna mendapat kesempatan, tim itu lantas membagi-bagikan node ke dalam sistem blok. Pengguna komputer akan diminta menyebutkan berapa jumlah node yang dibutuhkan untuk mengerjakan tugas yang dipesan.
Adapun node yang tersisa akan diberikan kepada pengguna lain, juga dalam bentuk blok. Melalui cara ini, kata Zainal, node yang tersisa bisa dinonaktifkan sehingga menghemat sumber daya. "Berbeda dengan komputer di luar negeri yang aktif terus-menerus," katanya.
Bagaimana tingkat keamanannya? Handoko mengatakan segala proses pekerjaan yang dilakoni sang komputer diawasi oleh timnya lewat Internet. Komputer super itu pun terhubung ke sebuah peranti master control yang bisa menutup atau meneruskan pekerjaan berdasarkan perintah administrator. "Selain secara manual, master control itu pun dioperasikan lewat Internet," katanya.
Sebagaimana lazimnya komputer super, komputer LIPI juga dipakai untuk kepentingan perhitungan dalam skala besar. Sejauh ini, komputer itu telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari tugas-tugas sekolah sampai penelitian ilmiah.
Zainal mengatakan komputer itu pernah dipakai menghitung kalkulus sampai pengujian teori Lattice Gauge Theory pada fisika partikel. Komputer itu juga pernah dipakai untuk simulasi cuaca hingga mengidentifikasi sebuah spesimen secara genetik.
Penerimaan PNS Online : Langkah awal menuju Good Government ?
Published in e-Indonesia (Edisi 15 April - 14 Mei 2007, L.T. Handoko)
Masih segar dalam ingatan kita hingar-bingar pelaksanaan penerimaan PNS (Pegawai Negeri Sipil) di awal tahun ini. Dengan jumlah secara nasional sekitar setengah juta pelamar untuk memperebutkan beberapa puluh ribu posisi di ratusan instansi pemerintah, tidaklah mengherankan bila prosesi tahunan ini bahkan melebihi rutinitas tahunan penerimaan mahasiswa baru. Ditambah dengan aneka berita miring dan masalah yang menyertai, tidaklah mengherankan hajatan ini mampu mendominasi media massa dan menyedot perhatian masyarakat.
Perubahan penerimaan PNS menjadi sebuah hajatan nasional sebenarnya baru terjadi dalam dua tahun terakhir, yakni pada penerimaan tahun anggaran 2004 dan 2005 yang dilaksanakan di awal tahun 2005 dan 2006. Perubahan ini terjadi sebagai salah satu buah reformasi birokrasi dengan idealisme untuk "membersihkan" proses penerimaan PNS sebagai langkah awal untuk menciptakan pemerintahan yang bersih menuju good government. Dengan sistem gabungan antara sentralisasi dan desentralisasi ini diharapkan terjadi peningkatan kualitas calon PNS sebagai SDM birokrat unggul di masa depan. Sentralisasi diberlakukan pada regulasi yang mengikat seluruh instansi pemerintah sampai pada proses ujian tertulis, sebaliknya kewenangan instansi ~pemakai~ PNS yang diterima diterapkan pada pada proses setelahnya, atau adanya tambahan syarat-syarat lain sesuai dengan kebutuhan instansi. Adanya persyaratan tambahan ini merupakan hal urgen khususnya pada instansi yang menuntut ~kualifikasi plus~ bagi calon pegawainya seperti lembaga akademis / riset (universitas negeri, LIPI, dll) serta departemen-departemen tertentu (Deplu, dll).
Namun, seperti disebutkan diatas, pada pelaksanaannya masih banyak masalah yang timbul. Mulai dari indikasi kecurangan, manipulasi data maupun kesalahan administrasi biasa. Semua ini bisa berakibat sangat fatal tidak hanya bagi para calon PNS, tetapi juga berpotensi merusak citra seluruh sistem di mata publik. Padahal sistem baru ini selain diharapkan mampu menjaring SDM bermutu, juga untuk meningkatkan citra PNS yang dikenal lamban, manipulatif, berkualifikasi rendah dan segala cap jelek lainnya.
Meski diakui sistem penerimaan baru ini jauh lebih baik daripada sistem sebelumnya, terlebih pada era Orde Baru, harus diakui bahwa masih ~terlalu banyak~ kesalahan maupun peluang kesalahan yang ada. Hal mana sebagian besar sebenarnya bisa dicegah, atau minimal dikurangi sampai batas terendah. Dari pengalaman penulis, secara umum ada dua jenis kesalahan. Pertama, kesalahan administratif yang tidak disengaja, dan lebih diakibatkan oleh buruknya sistem dan rendahnya kualitas panitia. Kedua, manipulasi yang memang dengan sengaja dilakukan oleh oknum-oknum internal di instansi-instansi pemerintah. Kedua sumber kesalahan ini bisa terjadi karena memang dalam regulasi dan sistem saat ini kedua sumber kesalahan ini tidak bisa dihilangkan.
Apakah tidak ada cara untuk minimal mengurangi secara maksimal kedua sumber kesalahan diatas ? Apakah pengawasan ala PNS, semacam waskat (pengawasan melekat) dan sebagainya bisa menjadi solusi ? Tentu saja tidak ! Karena yang diperlukan adalah sistem terintegrasi yang mampu merealisasikan sistem pengawasan yang alami. Disinilah teknologi informasi (TI) diharapkan mampu memberikan solusi. Lebih daripada mengurangi kedua sumber kesalahan diatas, pemakaian TI berpotensi menekan waktu pemrosesan serta biaya secara signifikan.
Hal ini telah dibuktikan oleh TGJ LIPI (Tim Gabungan Jaringan - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dengan Sistem Informasi Penerimaan CPNS (SIPC) yang telah diimplementasikan pada penerimaan PNS LIPI tahun 2005 lalu. Lebih dari sekedar sistem informasi, SIPC LIPI (http://www.cpns.lipi.go.id) merupakan sistem terintegrasi berbasis web baik untuk front-office maupun back-office. Sehingga seluruh proses penerimaan, dari registrasi oleh pelamar sampai proses administrasi seluruhnya dilakukan secara otomatis dan hampir tanpa intervensi manusia. Untuk melamar, calon pelamar tidak perlu berdesakan karena semuanya dilakukan melalui web. Kemudian dilanjutkan dengan pengiriman dokumen fisik melalui pos yang jumlahnya juga sangat minimal. Bahkan surat lamaran cukup dicetak langsung dari web, dan dilampiri hanya 3-4 lembar kertas yang menjadi syarat dokumen fisik (salinan KTP, ijasah terakhir). Pasfoto pelamar sekalipun tidak diperlukan, karena cukup di-upload setelah registrasi. Tidaklah mengherankan bila di instansi lain banyak berita antrian pelamar sampai pingsan, di LIPI hal tersebut sama sekali tidak terjadi. Bahkan pada proses verifikasi fisik dimana pelamar harus hadir langsung sehari sebelum ujian tulis, bisa dilakukan dengan tertib dan hampir tanpa antrian sama sekali ! Karena verifikasi dan pencocokan data langsung dilakukan di depan terminal-terminal komputer sehingga bisa dilakukan dengan sangat cepat.
Dilain pihak, panitia melakukan verifikasi dokumen tanpa memiliki akses untuk melakukan ubahan pada isian registrasi. Cukup memberi tanda cek pada beberapa item yang dipersyaratkan (nama, tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan terakhir, dsb). Dengan cara ini tidak ada peluang manipulasi data oleh oknum panitia. Sebaliknya ini menghilangkan kemungkinan kesalahan memasukkan data, sehingga bila terjadi kesalahan pengisian sepenuhnya bersumber dari pelamar yang bersangkutan. Lebih dari itu, seluruh proses bisa diikuti oleh setiap pelamar setiap saat melalui halaman registrasi personal. Bahkan untuk pelamar yang tidak lolos verifikasi administrasi bisa memperbaiki kesalahannya selama belum melewati batas waktu yang ditentukan.
Proses selanjutnya sampai penentuan ranking dilakukan secara otomatis dan proporsional sesuai dengan jumlah posisi yang dibuka. Pada tahap penentuan peserta yang berhak mengikuti ujian tertulis, ranking ditentukan dari nilai IP (indeks prestasi) dengan pemberian bobot sesuai universitas asal. Bagi pelamar yang lolos, kartu peserta ujian juga cukup dicetak sendiri secara langsung dari web. Sehari sebelum ujian tulis, untuk pertama kalinya para pelamar diwajibkan hadir untuk melakukan verifikasi fisik. Karena jawaban ujian tulis berupa pilihan ganda, seluruh proses penilaian bisa dilakukan secara otomatis dan nilai yang didapat langsung diintegrasikan ke SIPC LIPI untuk ditabulasi guna mendapatkan ranking. Setelah proses inilah, setiap instansi di bawah LIPI diberikan kewenangan untuk memilih sejumlah pelamar yang akan dipanggil dari total pelamar yang mendapatkan nilai diatas nilai minimum untuk setiap bidang. Selanjutnya hal yang sama diberlakukan saat pemilihan pelamar yang diterima. Disinilah letak ~harmonisasi~ antara aturan yang sentralistik di LIPI Pusat dan desentralisasi di level instansi. Pemberian otoritas ini perlu karena setiap instansi memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda dan tidak bisa dikuantisasi. Namun yang pasti pelamar yang bisa dipilih telah memenuhi syarat regulasi nasional, yaitu mendapatkan nilai diatas ambang batas yang ditentukan yang berarti telah memenuhi syarat sebagai calon PNS. Dengan ini, tidak ada lagi masalah ketidakcocokan PNS yang diterima dengan kebutuhan instansi pemakai. Perlu diketahui, proses pemilihan ini dilakukan oleh wakil-wakil dari setiap instansi melalui web yang sama.
Logika dan sistem yang sama secara teknis bisa diberlakukan secara nasional. Yakni sampai proses ujian tulis dilakukan secara seragam dan otomatis penuh. Sedangkan proses selanjutnya (bila ada) sampai pemilihan pelamar yang diterima diserahkan ke setiap instansi yang bersangkutan. Untuk kondisi Indonesia saat ini, setidaknya sangat realisitis untuk mengimplementasikan sistem ini pada penerimaan PNS di instansi pemerintah pusat (selain pemda), baik departemen maupun non-departemen.
Sistem ini di LIPI telah terbukti mampu menekan angka "kesalahan" (baik sengaja maupun tidak sengaja) di pihak panitia sampai 100% ! Terlebih seluruh proses tercatat secara otomatis sehingga bisa diketahui siapa melakukan apa. Ditambah dengan jumlah tenaga pelaksana verifikasi yang jauh lebih sedikit (cukup 20% dari cara konvensional), sehingga lebih mudah dilakukan kontrol internal. Semua ini mengakibatkan penghematan luar biasa pada pemakaian dana untuk seluruh proses penerimaan PNS. Karena sejak awal hampir tidak ada kertas yang diperlukan. Juga penghematan akibat adanya kepastian jumlah peserta ujian tulis, sehingga mengurangi pemborosan akibat penyediaan sarana ujian yang tidak perlu.
Yang terpenting, sistem ini bisa menjadi modal awal untuk mendapatkan SDM terbaik calon birokrat sebagai langkah awal dan utama untuk menciptakan good government. Tidak ada good government tanpa good people (atau bahkan best people) yang bekerja di dalamnya...
19 Peneliti Muda Terima Hibah Total Rp619,9 Juta
Published in Antara (8 Februari 2007)
Sebanyak 19 peneliti mendapat penghargaan dan hibah Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan jumlah total Rp619.977.960 dari Indonesia Toray Science Foundation (ITSF).
"Hibah ini diserahkan kepada para peneliti muda yang penelitiannya mengandung tema-tema yang penuh harapan untuk pengembangan iptek masa depan," kata Ketua ITSF Prof Dr Soefjan Tsauri MSc pada Penyerahan Penghargaan Iptek ITSF ke-13 yang juga dihadiri Dirjen Dikti Depdiknas Satrio Sumantri Brojonegoro dan Kepala LIPI di Jakarta, Kamis.
Penghargaan bagi ke-19 peneliti muda itu merupakan hasil seleksi dari 158 peserta yang mengajukan proposal dan mendapat hibah bervariasi dari mulai Rp22 juta hingga Rp36,5 juta.
Ke-19 peneliti tersebut yakni, Dr Laksana Tri Handoko dari LIPI, Arief Cahyo Wibowo MS dari UI, Ruslin Handanu MSi dari UGM, Farah Coutrier PhD dari Lembaga Eijkman, Dr Gandjar Kiswanto MEng dari UI, Irawan Wijaya K MP, PhD dari Universitas Mulawarman, Dr Ir Nugraha Edhi S DEA dari IPB, Ir Agus Jatnika E PhD dari ITB, Dr Bambang Prijamboedi dari ITB, Dr Roto MSc dari UGM, Dr Upi Chairun Nisa dari UI, Dr Nurul Taufiqu Rochman MEng dari LIPI, Dr Adrin Tohari dari LIPI, Tri Agus S MAgr PhD dari Universitas Jember, Dr Mulawarman MSc dari Universitas Sriwijaya, Heri Kresnadi MEng dari LIPI, Dr Eng Agus Haryono dari LIPI, Ana Indrayati MSi dari Universitas Galuh, dan Sri Agung Fitri K dari MSi, Apt dari Unpad.
Toray sebuah yayasan asal Jepang juga menyerahkan penghargaan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam kepada 10 guru ilmu-ilmu biologi, fisika dan kimia Sekolah Menengah Atas yang telah menghasilkan suatu metode pembelajaran yang inovatif, kreatif.
Ke-10 guru ini adalah pemenang dari 171 calon dengan total hibah Rp175 juta.

Tidak ada komentar: